EnglishFrenchGermanItalianJapaneseKoreanRussianSpanish

“Sei Baru Tewu"

Desa Sei Baru Tewu merupakan salah satu desa lokal masyarakat Suku Dayak Ngaju di Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi

Kalimantan Tengah. Keberadaan Suku Dayak Ngaju dapat dijumpai sepanjang Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah. Cakupan wilayah desa itu terletak di bagian barat dan timur Sungai Kahayan

“Sustainable Village"

Desa Berkelanjutan selain mengintegrasikan kelestarian lingkungan, peningkatan ekonomi dan sosial budaya juga bisa menjadi obyek wisata desa yang menarik bagi wisatawan. Desa yang menerapkan konsep itu bisa dikategorikan Desa yang ramah lingkungan (Ecovillage).

“Pembelajaran di Luar Kelas"

meningkatkan kesehatan anak, melibatkan mereka dalam pembelajaran serta mendorong keterikatan anak dengan alam. Bermain bukan hanya mengajarkan keterampilan penting dalam kehidupan, seperti daya tahan, kerja sama, dan kreativitas, tetapi juga merupakan hal yang pokok bagi anak untuk menikmati masa kecil mereka.

“SDN Tahai Baru 2"

Memanfaatkan dedaunan di sekitar sekolah untuk dijadikan prakarya yang indah

Rangkong, Burung yang Menawan

8 Desember 2022, Bambang Parlupi/Yayasan Sekolah Alam Digital/YSAD-2022

Dalam klasifikasi ilmiah, Rangkong (begitu saja kita sebut), merupakan sekelompok burung berparuh tanduk yang masuk dalam keluarga Bucerotidae. Ada sekitar 57 spesies dalam keluarga burung ini yang 10 di antaranya endemik Afrika, sebagian lagi endemik Asia, dan sisanya tersebar di wilayah lain.

Rangkong, walau sudah semakin sedikit jumlahnya, masih bisa ditemui di alam liar kawasan hutan tropis dan hutan sub tropis dunia. Pola warna bulu-bulunya biasanya varian hitam dan coklat tua. Itu pun masih dihias pola lurik atau garis putih, kuning, atau krem pada bulu di area tubuh bawah, sayap, dan ekor. Sementara paruhnya punya ragam warna yang lebih kaya. Ada kuning cerah, putih kotor, kelabu, coklat, merah, hitam, dan krem.

Bentuk paruh burung ini juga beragam. Ada yang tirus kecil, melebar pendek, membesar lebar, bahkan ada yang memiliki “cula” tambahan di atas kepala atau sampai ke 1/3 pangkal paruh atas. Namun penandanya adalah paruh berbahan mirip tanduk yang cukup mencolok dalam berbagai bentuk dan ukuran dibanding burung-burung lainnya.

Rangkong, memang termasuk raksasanya burung yang bisa terbang. Dalam identifikasi ukuran, rata-rata panjang tubuhnya antara 60 – 160 cm. Walau besar, rangkong punya bobot tubuh yang ringan antara 100 gram – 8 kg. Sebagai contoh, Black Dwarf Hornbill (Tockus hartlaubi) hanya seberat 102 grams dan panjang 30 cm; sementara spesies lain Southern Ground-hornbill (Bucorvus leadbeateri) berbobot 6,2 kg dan panjang 1,2 m. Namun ada juga spesies yang melebihi ukuran rata-rata ini. Dan sedikit di antaranya menjadi burung yang suka berada di tanah ketimbang terbang.

Omnivora Rangkong memang burung yang istimewa. Tercatat sebagai keturunan burung yang hidup sejak ribuan tahun lalu. Sejak lama Rangkong memang sudah menjadi salah satu burung yang “dipuja” dibanyak kebudayaan kuno, termasuk suku Dayak di Kalimantan. Rangkong pada beberapa kebudayaan kuno menjadi bagian ritual religi yang melambangkan kebebasan, kesucian dan loyalitas. Kini ia termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi karena terancam punah Rankong bukanlah burung “vegetarian” (herbivora). Ia suka menyantap berbagai menu. Dalam daftar makanan hariannya terdiri dari aneka buah, serangga, reptil dan hewan-hewan mungil.

Walau bukan pemburu jempolan, Rangkong cukup mahir mengejar mangsanya. Buah memang favorit, namun daging ular, kadal, bahkan hewan pengerat akan dilahap jika sedang beruntung. Ada satu yang unik dalam “pertempuran” Rangkong dengan ular. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa saat memangsa ular berbisa, Rangkong cukup hati-hati. Kemampuan memangsa ini dikembangkannya menjadi teknik makan yang unik. Saat mematuk ular berbisa, ia menempatkan kepala ular di dekat ujug paruhnya. Ini untuk menjauhkan patukan ular ke kepala atau bagian tubuh lainnya. Setelah menempatkan mangsa sedemikian rupa, ia akan mulai melakukan putaran paruh agar bagian atas ular berada di bawah (terbalik). Lantas dengan perhitungan dan kehati-hatian, ia mematuki kepala dan tubuh ular sampai hancur. Dan daging segar pun segera dilahap.

Rangkong suka bersarang di lubang-lubang pohon besar. Namun berbeda dengan kebanyakan burung lainnya, dalam masa mengerami, betina akan mengurung diri selama masa mengerami. Dan jantan akan setia melayani istrinya, karena rangkong dikenal sebagai burung yang setia pada pasangan (monogami).

Saat musim bertelur, betina akan bertelur di lubang-lubang pohon sebagai sarang. Biasanya ia akan menempatkan 1 – 5 telur dalam satu kali musim bertelur. Setelah semua telur ditempatkan sedemikian rupa, maka betina akan menutup lubang pohon dengan lumpur dan meterial lain. Ia kemudian mengurung diri di lubang gelap yang sempit sambil mengerami telurnya. Jantan akan membantu menutup lubang dengan membiarkan sedikit celah sempit. Celah ini digunakan jantan untuk menyuplai makanan bagi betinanya.

Pada beberapa spesiesnya, “beton” penutup lubang akan dibiarkan tertutup selama 100 hari. Setelah masa mengerami selesai dan anakan rangkong telah lahir, betina bersama bayi-bayinya akan memecah tembok pelindung itu dan terbang keluar. Karena sistem perlindungan seperti ini, sarang-sarang Rangkong cenderung terlindungi dari kemungkinan serangan predator dan hewan “pemburu” telur.