Memotret Kehidupan Sungai di Kalimantan
8 Desember, Bambang Parlupi/Yayasan Sekolah Alam Digital/YSAD-2022
Sama seperti pemandangan alam lainnya seperti gunung, hutan, dan laut, sungai memiliki juga keindahan yang tersembunyi. Di tepi sungai dan sepanjang alirannya banyak fenomena alam yang eksotik dan kehidupan manusia yang dapat direkam. Sebagai contoh misalnya, di bantaran sungai juga pemotret dapat merasakan lukisan alam sambil membidik panorama matahari terbenam (sunset) maupun matahari terbit (sunrise).
Tak hanya itu kehidupan masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai tersebut menjadi sajian yang menarik dan unik untuk dibidik. Tentu saja pemilihan materi human interest lebih cocok dan terasa mengasyikkan. Hal ini dirasakan ketika penulis menjelajahi Sungai Katingan dan Sungai Sebangau di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah, beberapa waktu lalu. Penjelajahan menyusuri aliran sungai besar di tanah Borneo itu menempuh jarak sejauh lebih dari 300 kilometer.
Perjalanan dari arah muara sungai hingga ke arah hilir itu menjadikan sebuah pengalaman yang seru dalam seni memotret. Maklum saja dari atas speed boat berkecepatan 50-60 km per jam itu beragam kehidupan sungai harus direkam. Makanya stelan kecepatan cahaya di kamera disiapkan dengan speed yang tinggi pula.
Beberapa momen unik juga banyak didapat misalnya tentang kehidupan masyarakat di tepi sungai yang umumnya berprofesi sebagai nelayan dan peladang berpindah. Banyak juga diantara warga pinggir sungai menjadi pencari hasil hutan seperti getah jelutung dan rotan. Begitu pula banyak warga yang memilih menjadi buruh di perusahaan pemotongan kayu (saw mill) yang banyak ditemukan di tepian sungai.
Ada satu catatan menarik yang sempat direkam dalam gambar saat mendokumentasikan kerusakan lingkungan. Sepanjang Sungai Sebagau dan Sungai Katingan banyak ditemukan kegiatan pembakaran lahan dan pembalakan liar (illegal logging) untuk pembukaan ladang. Aktivitas inilah yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan setiap tahunnya di wilayah Provinsi Kalimatan Tengah. Apalagi wilayah itu merupakan lahan gambut yang sangat mudah terbakar.
Nah, dalam mendokumentasikan kegiatan ilegal ini diperlukan tingkat kehati-hatian yang cukup tinggi. Ada kalanya pemotret harus waspada ketika mengambil gambar dalam situasi itu. Maklum saja, pemotret berada di wilayah “kandang macan”. Jika ketahuan mengambil gambar orang yang sedang merusak hutan, mengambil kayu secara ilegal bisa berantakan urusannya. Untuk itu candid camera (memotret dengan sembunyi-sembunyi) adalah jawabannya.
Di sisi lain, memotret kehidupan liar (wildlife photography) juga asyik dilakukan di sepanjang aliran sungai dan rawa-rawa sekitarnya. Pelbagai flora eksotik banyak disajikan. Pesona keanekaragaman tumbuhan, buah atau bunga liar ini akan menambah koleksi foto sang pemotret. Apalagi ketika menjumpai aneka jenis satwa liar. Bermacam jenis serangga, burung liar,mamalia maupun jenis primata banyak terlihat di sepanjang hutan-hutan pinggir sungai.Wah, mengabadikan beragam kehidupan liar seperti itu sungguh menjadi tantangan sendiri ketika hunting foto di alam bebas.
Memotret beraneka kehidupan di sepanjang sungai di Pulau Kalimantan menjadi pengalaman yang seru. Tak hanya imaji gambar yang didapat namun banyak hikmah yang dapat dipetik. Saat ini kelangsungan hutan dan ekosistem sungai di Kalimantan sangat terancam akibat pembalakan liar yang tak terkendali dan kebakaran hutan setiap tahunnya. Padahal di kawasan itu masih banyak sisi kehidupan yang belum banyak diungkap. Hutan, sungai, dan pesona alam lainnya adalah misteri. Lewat seni fotografilah salah satu celah untuk mengungkapkannya.