Fotografi dan Upaya Pelestarian Lingkungan
8 Desember 2022, Bambang Parlupi/Yayasan Sekolah Alam Digital/YSAD-2022
Kerusakan lingkungan di planet ini sudah semakin parah. Polusi udara, pencemaran air dan rusaknya ekosistem laut serta hilangnya wilayah hutan merupakan salah satu tragedi yang banyak menimpa banyak kehidupan di muka bumi. Negara kita sendiri misalnya, sebagai negeri yang masih memiliki keanekaragaman hayati yang cukup bervarisi juga mengalami hal serupa. Bencana banjir serta kebakaran hutan akibat pembukaan lahan yang kurang bijaksana serta penebangan hutan secara liar (illegal logging) sudah menjadi langganan tiap tahunnya. Bahkan semakin tahun semakin bertambah saja hingga membuat areal hutan kian mengecil jumlahnya.
Disisi lain tingkat polusi udara yang semakin meninggi, tercemarnya air oleh limbah industri serta masalah menumpuknya sampah tak henti-hentinya menjadi persoalan rumit di kota besar seperti Jakarta, Bandung serta Surabaya. Akibatnya tentu saja berpengaruh pada denyut nadi kehidupan di dalamnya. Laju kerusakan lingkungan tidak dimbangi dengan aktivitas pemulihannya.
Banyak hal yang dapat dilakukan guna menyelamatkan alam atau lingkungan.lewat aneka bentuk program. Aksi penggalangan kepedulian lingkungan terus digalakkan guna menyelamatkan ekosistem. Dalam berbagai kesempatan para aktivis lingkungan atau lembaga yang peduli menjalankan berbagai macam kegiatan seperti aksi bersih laut dan sungai, reboisasi di lahan kritis serta menyuarakan peduli lingkungan lewat kampanye di pelbagai media massa.
Nah, bagaimana dengan para pehobi foto ? Apakah dengan modal kamera mampu membantu memperbaiki lingkungan? Jawabannya tentu bisa saja.karna pada dasarnya dengan sajian fotografi kita dapat merekam frnomena alam yang terjadi. Fotografi adalah bentuk dokumentasi yang mampu menggugah hati manusia Imaji tidak bergerak yang digambarkan mampu mengungkap fakta sebenarnya.
Sekedar contoh adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh Eguene W Smith, seorang pewarta foto majalah Life. Smith menjadi terkenal karena kepiawaiannya mengolah gambar dan merekam kejadian pencemaran air raksa di Pantai Minamata, Jepang, pada tahun 1971. Lewat bidikannya yang cermat ia mampu membuktikan bahwa bencana lingkungan yang disebut dengan Tragedi Minamata itu merupakan bencana yang dasyat.
Cuplikan peristiwa yang direfleksikan dalam deretan gambar pada sebuah esai fotonya mampu membuktikan penyebab dan akibat yang ditimbulkan oleh air raksa yang mencemari laut Minamata. Tampilan foto seorang anak yang menjadi korban dari pengaruh air yang tercemar itu sungguh menguncang dunia. Dengan mimik muka yang khas akibat cacat mental, Smith melukiskan akibat paling buruk yang terjadi.Untungnya upaya fotografer dalam menyajikan fakta yang sebenarnya berujung dengan tindakan tegas pemerintah Jepang. Masyarakat dunia mengkritik dengan keras, pabrik penyebab pencemaran itu pun segera ditutup, dan kondisi para korban segera ditangani.
Tragedi serupa juga sempat terjadi di negeri ini beberapa waktu lalu. Sebuah pemukiman nelayan di tepi Pantai Buyat Pante terkena dampak dari limbah buangan sebuah perusahaan pertambangan di Sulawesi. Tragedi Teluk Buyat, demikian sebutannya, banyak diabadikan lewat berita foto maupun esai foto di berbagai surat kabar. Pada saat kejadian sederet pembuktian disuguhkan dalam bentuk imaji gambar yang dramatis guna disebarluaskan lewat media massa.Akhirnya aparat berwenang pun segera mengambil tindakan guna menolong para korban.
Perubahan Alam
Hal semacam itu biasanya dilakukan oleh para wartawan foto yang memang tugasnya mencari berita dan mengungkap suatu kejadian. Lalu bagaimana dengan para pehobi fotografi yang bukan berkecimpung dengan tugas jurnalistik ? Bilamana terjadi peristiwa rusaknya alam atau tercemarnya lingkungan, bisa saja dilakukan pemotretan untuk koleksi pribadi. Namun lebih baik juga segera dilaporkan ke pemerintah daerah setempat, atau dikirimkan pada media massa. Sebagai alternativ lain dapat pula secepatnya disebarluaskan kepada khalayak umum lewat jaringan internet.
Namun yang paling penting adalah, selayaknya kita cukup jeli melihat perubahan lingkungan yang terjadi disekitar tempat tinggal. Karena rusaknya alam sebagian besar terjadi bukan oleh alam itu sendiri melainkan akibat ulah manusia (human error). Umumnya para pehobi foto tak menyia-nyiakan kameranya ketika terjadi perubahan alam.
Banyak yang bukan pewarta foto yang bersusah payah menerobos banjir guna mendokumentasikan fenomena alam yang terjadi dan aktivitas manusia yang terjebak di dalamnya. Hasil pemotretan itu tentu sangat berguna kelak dikemudian hari.Rekaman peristiwa tersebut menjadi gambaran umum dan pelajaran berharga bagi generasi akan datang. Hal tersebut hanya menjadi contoh yang kecil karena masih banyak peristiwa bencana lingkungan yang terjadi di sekitar kita.
Di sisi lain menjadi relawan pada kegiatan-kegiatan lingkungan juga bisa dilakukan. Misalnya menjadi tenaga sukarela di bidang dokumentasi aksi bersih sampah di pantai atau kegiatan penanaman pohon yang dilakukan lembaga swadaya masyarakat atau kelompok pelajar. Hal itu sangat sejalan dengan bidang yang diminati sambil mengasah jam terbang. So pasti dengan bekal pengetahuan fotografi yang baik akan menjadi lebih bermanfaat. Menyalurkan hobi sambil membantu pelestarian alam.