Cakrawala Borneo, Mendokumentasikan Beragam Kehidupan dalam Karya Foto
8 Desember 2022, Bambang Parlupi/Yayasan Sekolah Alam Digital/YSAD-2022
Di dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang sering mengganggap karya foto sebagai karya yang objektif. Hal ini berarti bahwa segala apa yang tertekam dalam imaji gambar atau tercetak pada kertas foto selalu menggambarkan kondisi maupun situasi apa adanya. Pandangan masyarakat awam ini cukup beralasan, pasalnya sosok gambar yang terekam dihasilkan oleh alat rekam berupa kamera, baik jenis kamera analog maupun digital, yang mampu merekam situasi di depannya.
Padahal bagi seorang fotografer, buah karya foto yang dihasilkan dapat mencerminkan beragam sudut pandang atau pendekatan dalam tehnik fotografi. Who is the man behind the kamera, begitu istilah yang banyak dikenal di jagad fotografi. Siapa orangnya yang berada di balik kamera? Ya, seorang pemotret, sesosok manusia yang mempunyai jiwa seni, memahami tehnik fotografi dan memiliki pengalaman pribadi.
Hal tersebut akan mempengaruhi seorang fotografer ketika berupaya mengintip gambar dari jendela bidik kamera, mengatur komposisi juga mengamati pencahayaan sebelum menekan tombol rana. Oleh karena itu, pada dasarnya tidak ada karya foto yang bersifat objektif. Semua karya foto selalu mencerminkan cara pandang si pemotretnya. Di dalam dunia fotografi ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk menafsirkan suatu karya foto Sama halnya dalam karya seni lain, seperti karya sastra, dan karya lukis, ada beberapa macam cara pandang dalam menghasilkan atau melihat karya seni itu. Sejumlah pendekatan yang sering dipakai oleh penggemar fotografi dalam menghasilkan karyanya seperti pendekatan humanis, pendekatan feminis, pendekatan naturalis, pendekatan formalis, dan lain-lain.
Salah satu pendekatan dasar yang umum digunakan untuk menciptakan karya foto adalah pendekatan teknik fotografi: Yakni sebuah cara yang digunakan oleh fotografer untuk menghasilkan gambar yang lebih bermakna. Yang termasuk dalam pendekatan teknis ini misalnya dalam pemilihan subjek foto. Apakah subyek foto itu berupa manusia, hewan, suatu bentuk bangunan atau panorama alam? Dalam hal mausia saja banyak hal yang dapat dijadikan subyek seperti sesosok wanita atau pria. Itu juga bisa di klasifikasikan berdasarkan umur atau latar belakang yang lain. Misalnya, balita,anak-anak, kaum remaja ataupun pria atau wanita tua untuk subyek pemotretan.
Selain itu pendekatan dalam fotografi erat kaitannya dengan pemilihan komposisi serta sudut pengambilan gambar seperti dengan memakai lensa sudut lebar atau tele, panoramic maupun memotret dengan tehnik close up maupun medium close up. Begitu pula dengan pemilihan media perekam yang digunakan sebelum memotret. Media perekam semacam slide, film negatif, maupun perekam digital sangat erat kaitannya dengan kamera yang dipakai, berupa jenis kamera analog ataupun digital.
Cakrawala Borneo
Program Cakrawala Borneo adalah salah satu program Pelatihan Dokumentasi untuk para pemuda di wilayah Jantung Kalimantan (Heart of Borneo). Pelatihan dokumentasi ini dilakukan oleh Yayasan Sekolah alam Digital, www.pustakaborneo.org dan didukung oleh Yayasan WWF Indonesia melalui Program Leading The Change (LtC) Kegiatan ini dimulai sejak tahun 2017 hingga tahun 2022 beberapa wilayah dampingan di provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur dengan mengadakan bentuk pelatihan tentang pembuatan dokumentasi foto (Foto bercerita/essay photo). Proses pembuatan dokumenter foto yang dikuti oleh sekolah dampingan (siswa dan guru) di kawasan HOB (Heart of Borneo), Pulau Kalimantan, Indonesia.
Diawali dengan melatih sejumlah pemuda dan guru di Desa Setulang, Kec.Malinau Selatan Hilir, Kab. Malinau, Kalimantan Utara (Tanggal 15-17 November 2017). Selain itu, kegiatan Program Cakrawala Borneo juga dilakukan di provinsi Kalimantan Timur bertempat di Desa Jambuk, Kec. Bongan, Kabupaten Kutai Barat (Tanggal 20-22 November 2017) serta di Kalimantan Tengah dilakukan di Desa Mekartani, Kecamatan Mendawai, Kabupaten Katingan (Tanggal 25-27 November 2017). Selanjutnya Program Cakrawala Borneo juga dilakukan pada tanggal 3-6 Oktober 2019, yang berada di SDN Tahai Baru 2, Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah. Pada saat itu juga dilakukan kegiatan Pendataan Tumbuhan yang berada disekitar sekolah (kebun dan taman) SDN Tahai Baru 2. Kegiatan ini melibatkan para siswa, guru dan sekolah yang dilakukan secara bersama-sama. Adapun tujuan dari pendataan ini, untuk mengetahui potensi sumberdaya alam, khususnya tanaman yang tumbuh di sekitar sekolah sebagai bahan ajar dan belajar bagi siswa serta para pendidik. Dari hasil identifikasi telah tercatat ada 94 jenis tumbuhan yang ditemukan di sekitar kebun, taman serta halaman sekolah SDN Tahai Baru 2. Sedangkan di tahun 2022, dilaksanakan di Desa Sei Tewu Baru, Kab. Pulang Pisau, Kalimatan Tengah di akhir bulan September. Kegiatan di pemukiman Dayak Ngaju tersebut dilakukan dengan mendokumantasikan sumberdaya alam yang ada di sekitar Desa Sei Tewu Baru.
Kreasi dan Kepekaan Fotografi
Bagi para penggemar maupun pekerja fotografi baik yang masih amartir serta professional, bebas saja memilih cara pandang tentang fotografi itu sendiri. Banyak dimensi yang dapat mempengaruhi para fotografer dalam proses penciptaan sebuah gambar. Pendekatan yang lebih naturalis seperti memotret panorama alam, mengabadikan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari lewat seni foto jurnalistik serta human interest atau memilih eksotika model perempun atau suatu bentuk arsitektur yang unik, dapat dipilih sebagai tema yang artistik.
Apalagi ditengah maraknya era digital dan teknologi informasi saat ini, telah lahir beraneka style dalam khazanah fotografi seperti street photography atau urban surrealisme photography. Perkembangan aneka gaya dan pendekatan dapat menjadi inspirasi yang luas bagi penggemar seni “melukis dengan cahaya” ini. Hal tersebut semakin diperkuat, ketika para pecinta seni foto itu sering meng “klik” situs-situs fotografi di jagad maya ataupun situs berita yang sarat dengan fotografi seperti www.pustakaborneo.org. Namun disisi lain, tak hanya secara teknis saja yang diperlukan dalam menghasilkan imaji foto yang menawan. Dalam buku. The Tao of Photography (Seeing Beyond Seeing) yang ditulis oleh seorang fotografer sekaligus pengajar, Philippe Gross, Ph.D. bersama seorang professor psikologi S.I. Shapiro, Ph.D, menyatakan bahwa sebaiknya para fotografer lebih menekankan kreasi dan kepekaan fotografi dibandingkan sekedar membahas fotografi secara teknis.
Hal serupa juga pernah ditekankan oleh seorang fotografer legendaris dunia, Elliot Erwitt. Ia mengatakan "To me, photography is an art of observation. It's about finding something interesting in an ordinary place…I've found it has little to do with the things you see and everything to do with the way you see them." (Bagi saya, fotografi adalah sebuah seni observasi. Seni dalam mencari sesuatu yang menarik dari sebuah tempat yang biasa saja… Hal ini hanya sedikit berhubungan dengan apa yang kita lihat dan sangat berhubungan dengan cara kita melihat)
“Alas Kaki“. Pose kaki para pelajar di sebuah sekolah di sebuah sekolah dasar di Desa Tumbang Masao, di hulu Sungai Barito, Kalimantan Tengah.Mereka tetap bersemangat bersekolah meskipun tanpa alas kaki, memakai sandal atau memakai sepatu.
“Ibu Dayak“ Wanita Dayak Kenyah Oma Lung sedang merangkai hiasan untuk topi yang terbuat dari tanaman semacam ilalang. Topi tradisional itu akan dijual kepada para turis lokal ataupun mancanegara yang berkunjung ke desanya, Desa Adat Setulang, Kabupaten Malinau, Kalimntan Utara.