6 Dasar Pijakan dalam ESD
1. Pembelajaran Seumur Hidup
Perkembangan menuju sebuah masyarakat berkelanjutan adalah sebuah proses terus-menerus dimana kita harus tetap merenung, berpikir ulang, dan mereformasi diri. Hal tersebut memerlukan pembelajaran jangka panjang dalam beragam tahapan dan peran dalam hidup, sebagai seorang pelajar atau guru, konsumen atau produsen, warga negara biasa atau politikus. Sementara masyarakat dibekali pendidikan dasar formal sembilan tahun, sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjutan atas, dst. Setiap hari hidup menawarkan pembelajaran informal dan terus-menerus seumur hidup. Anak-anak mulai dari merangkak, belajar berbicara, mengendarai sepeda, dan lalu tibalah saatnya mereka bersekolah. Beragam program TV, buku, kontak dengan sesama manusia dalam skala yang berbeda dan luas, perjalanan, situasi, senang dan sedih, dsb. Mungkin, rasa ingin tahulah yang jadi kunci untuk pembelajaran seumur hidup: keingintahuan pencarian, penemuan, mengagumi dan memperhatikan. Jalan menuju ke pengetahuan sebenarnya jarang sekali lurus dan sederhana, tetapi seringkali bergelombang dan penuh lika-liku. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu menjadi jembatan antara diri kita dan kenyataan serta antara anda dan saya. Segala sesuatu yang kita pelajari mempengaruhi bagaimana kita secara individu memahami dunia di sekitar kita. Karenanya, dalam konteks pendidikan yang berbeda, pengalaman pribadi dan pengetahuan menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan dan diakui keberadaannya.
2. Fokus Pada Pembelajar
Mendapatkan pengetahuan mungkin merupakan sebuah proses yang sulit dan melelahkan, tetapi bagaimanapun juga mudah dilakukan – belajar melekat dengan indahnya ke dalam tubuh dan bersifat pribadi. Saya memasukkan pengetahuan dalam proses belajar seumur hidup seiring dengan lingkungan sosial. Di saat-saat tertentu, sendiri, kadang-kadang saya bertukar pikiran dan ide dengan orang lain. Belajar memerlukan ruang sepanjang waktu, baik dalam konteks sosial dan budaya. Pandangan pengetahuan seperti itu menekankan pentingnya permulaan dari pengetahuan sebelumnya dari individu dimana pengetahuan tersebut dibentuk.
3. Pendekatan Holistik
Sebuah pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan yang dirasakan sesuai memiliki arti dan berdasarkan pada kenyataan, difasilitasi oleh pendekatan holistik. Sebuah pengetahuan dasar tentang lingkaran hijau, kerangka kerja ekologis paling luar yang membentuk dasar dari masyarakat memegang peran penting. Pengetahuan tersebut dapat berupa kerangka kerja ekologis, pemikiran yang sistematis, aliran energi, beragam siklus yang berbeda, interaksi dengan alam, dan keanekaragaman hayati. Dapat juga berupa pengetahuan tentang beragam keperluan manusia, bahasa, budaya, kreativitas dan pertanyaan-pertanyaan tentang etika dan makna hidup, demikian juga tentang bagaimana kita, dengan bantuan teknologi dapat merespon beragam tantangan keperluan energi masa depan dan beragam konstruksi penyelamatan sumber daya alam.
Saat saya sarapan dengan roti yang diolesi mentega dan menerawang jauh ke sudut luar cangkir teh, saya menyadari bahwa tindakan yang saya lakukan mempengaruhi hutan hujan tropis di belahan dunia lain. Kebanyakan apa yang saya makan mengandung minyak kelapa sawit, minyak goreng yang diproduksi di atas lahan konversi hutan hujan tropis di negara Malaysia dan Indonesia. Hidup ini sangat kompleks, saat ini sudah tidak mungkin untuk mempelajari setiap bagian sendiri-sendiri, setiap subyek terisolasi dari yang lainnya. Segala sesuatunya saling berhubungan. Tingkah laku sosial saya memiliki konsekuensi ekologis, demikian juga beragam gangguan ekologis dapat memaksa saya menjalani kehidupan yang berbeda.
4. Beragam Metode Kerja Demokratis
Pembangunan Berkelanjutan mengasumsikan partisipasi dan komitmen menjadi bagian dari diri setiap orang. Kita memberi pengaruh pada pembangunan sosial dalam beragam peran berbeda, sebagai konsumen dan produsen, dan sebagai politisi dan pemberi suara. Secara alami kita tidaklah terlahir demokratis. Demokrasi adalah sesuatu yang harus kita pelajari dalam masa-masa pembentukan kehidupan. Kita menciptakan demokrasi secara bertahap. Jika kita ingin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari struktur sosial dan konstruksi, kita perlu ikut terlibat, bersungguh-sungguh dan tetap termotivasi. Dalam masa muda kita, hal tersebut dapat berupa menjalankan beragam peran sosial; toleran, mengungkapkan beragam ide, mendengarkan orang lain, menghormati sesama sebagai rekan yang setara, serta menghormati pandangan orang lain, saling bekerja sama, bertanggungjawab, penuh pemikiran dan berpartisipasi, dll. Demokrasi terakhir termasuk pemikiran mendalam, menguji argumentasi-argumentasi seseorang dan mengambil beragam keputusan demokratis.
Demokrasi di sekolah difasilitasi jika seluruh komponen organisasi sekolah – yaitu staf, kepala sekolah, pelajar dan orang tua – secara nyata mempraktekkan demokrasi. Pengaruh pelajar dapat bersifat formal atau informal, individual atau kolektif, dan dapat mencakup apa saja mulai dari perencanaan pengembangan individu dan dialog hingga ke dewan pelajar dan kerjasama dengan masyarakat lokal.
Demokrasi diasosiasikan secara dekat dengan pengetahuan. Haruskah kita meningkatkan kemampuan diri dan mengembangkan pengetahuan, atau haruskan kita mencari jawaban yang sulit kepada para ahli? Tidakkah kita perlu pengetahuan yang relevan jika kita ingin berpartisipasi dalam sebuah proses demokratis? Bukankah pengetahuan adalah keharusan terhadap demokrasi, dan pengetahuan adalah kekuatan?
5. Berfikir Mendalam
Kita hidup di tengah himpitan beragam arus pengaruh yang tiada henti. Kita hanya dapat sedikit menyerap dan mengambil pengalaman dari itu semua. Yaitu saat kita berpikir mendalam bahwa pengalaman berubah menjadi pengetahuan.
Adalah penting untuk sesekali berhenti dan berpikir mendalam. Berpikir dapat dilakukan dalam berbagai cara. Dapat dilakukan dalam keadaan tenang, terus-menerus, dan berdialog dalam hati. Juga dapat dilakukan dalam diskusi terstruktur dengan orang lain. Bentuknya dapat bermacam-macam. Mendengarkan, berbicara, menulis, kreativitas seni, dan seterusnya – kesemuanya adalah peralatan penting dalam proses berpikir mendalam. Dokumentasikan apa yang anda lakukan, miliki pemikiran yang kritis dan terbuka serta banyak bertanya kesemuanya sangat berguna, berfungsi sebagai alat untuk berpikir mendalam. Kita tidak memiliki persediaan jawaban yang siap untuk menjawab beragam pertanyaan seputar pembangunan berkelanjutan dalam masyarakat yang terus berubah. Kita perlu berpikir terus-menerus dengan beragam cara baru dan mempertanyakan tren terbaru dan cara-cara berpikir melalui pendidikan yang berorientasi pada proses. Di dalamnya termasuk para guru. Berani berubah dan belajar bermacam cara baru!
6. Beragam Perspektif yang Berbeda
“Akankah srigala-srigala itu datang dan memangsa anak-anak kita?”
“Rusa lain korban pembantaian srigala …”
Kedua headline surat kabar tersebut sangat berbau kekejaman yang ditujukan ke kawanan srigala. Tetapi juga terdapat penafsiran yang lain. Resiko terluka atau terbunuh oleh seekor srigala hampir tidak ada. Membayangkan bahwa kawanan srigala dapat memusnahkan populasi rusa besar adalah mengada-ngada, ujar yang lain.
Kehidupan dapat dilihat dari beragam cara pandang, yaitu perspektif etis, historis, dan internasional. Beragam cara pandang tersebut dapat saling bertentangan atau saling melengkapi. Pendidikan dalam perspektif budaya mendasarkan segala sesuatunya pada kenyataan sehari-hari, lokalitas, dan fakta yang menekankan pada pendekatan terbuka dan liberal terhadap beragam isu dan masalah. Dari hal tersebut, maka terciptalah suasana kondusif untuk pengembangan diri pribadi seseorang untuk menciptakan solusi yang terbaik. Kita tidak akan menyelesaikan permasalahan srigala dengan membuat generalisasi secara membabi buta, tetapi kita seharusnya melakukannya melalui diskusi yang terhormat. Sebuah cara pandang yang berbeda pada isu-isu seperti ini mengarah ke pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana cara kita hidup berdampingan dengan damai bersama srigala.
Orang mengembangkan beragam perspektif bergantung pada kapan dan dimana mereka tinggal. Di masa lalu orang hidup dan bekerja lebih dalam konteks lokal. Orang bekerja pada ladang dan hutan mereka masing-masing dan jarang melakukan perjalanan yang jauh. Banyak dari mereka yang benar-benar tidak menyadari bahwa terdapat beragam negara dan masyarakat yang letaknya ribuan kilometer jauhnya. Pada saat ini, banyak dari kita yang pulang pergi untuk bekerja dan melakukan perjalanan ke sisi lain dunia untuk liburan. Kita dapat mengikuti apa yang terjadi di luar negeri kapan saja kita suka. Kita dapat berkomunikasi secepat kilat dengan bantuan telepon seluler dan internet. Kadang-kadang kita hidup dalam dunia tanpa batas; pada sebuah desa global, dengan cangkul di tangan yang satu dan dengan sebuah handphone di tangan yang satunya lagi. Dalam terminologi pendidikan hal ini berarti memupuk keterbukaan terhadap beragam perspektif dan cara pandang.
(Sumber: Learning The Sustainable Way /Belajar Cara Hidup Berkelanjutan, WWF Swedia 2007/2008)